BOCAH NAKAL
Nama saya Very biasa dipanggil Tentong,
saya punya pengalaman pahit yg tak terlupakan. Beberapa tahun yg lalu saya dan
teman-teman saya sedang main disekolah, sebutlah namanya Gerut, Buong, Abeh, Nova,
Gendut, dan Bungsil. Kami merencanakan sepulang sekolah mau mandi dikali sambil
memandikan sapi, dan kami pun berangkat ke kali sambil membawa sapi kami
berjalan sambil menyanyi-nyanyi untuk mengurangi rasa panas terik matahari, dan
pemandangan dipinggir jalan membuat suasana menjadi ceria dan ditambah angin yg
sepoi-sepoi. Satu jam kemudian, kami pun sampai dan kami melepas pakaian kami
masing-masing dan kami mulai mandi, sambil mandi kami bermain. Ada yg
loncat-loncatan, ada yg main petak umpet, dan ada yg mandikan sapi, dan ada juga
yg sambil buang air besar.
Kami sangat senang,
bahagia, gembira, semua beban fikiran dirumah dan disekolah kami lupakan. Dan
beberapa jam kemudian kami merasa kedinginan dan kamipun bergegas pulang dan
tidak lupa memakai pakaian kami. Sambil pulang tak habis-habisnya dan tak
bosan-bosannya kami bernyanyi dan saling ejek satu sama lain, sesampai dirumah
kami pun makan.
Sehabis makan kami berkumpul dirumah salah
satu teman saya yg bernama Buong, disitu kami main petak umpet sambil menunggu
matahari terbenam. Saking semangatnya saya sampai menukar baju biar tidak
ketahuan, kami pun terus main petak umpet, beberapa saat kemudian teman saya yg
bernama Nova berteriak dan ketakutan, saya pun penasaran dan saya pun bertanya
“nova kamu kenapa ketakutan seperti itu?” dia menjawab “saya seperti melihat
pocong waktu saya ngumpet”. Suasana pun berubah menjadi seram semuanya
ketakutan dan kami sepakat untuk pulang, haripun sudah mulai gelap.
Keesokan hari seperti
biasa, sepulang sekolah kami bergegas ke kali untuk mandi tak sengaja dalam
perjalanan kami melihat pohon jagung dan buahnya yg sangat menggoda, tapi kami
tidak tergoda untuk memetiknya.
Sesampainya dikali kami
mandi dan main air, terasa sudah cukup lama kami pulang dan secara sengaja kami
melihat pohon jagung dan buahnya. Setan pun datang menghasut kami, kecuali
Bungsil mungkin lantaran manusia bimbingan tuhan jadi ia tidak tergoda dan
memilih pulang. Tidak perlu basa-basi kamipun mencari akal agar bisa mencicipi
jagung tersebut. Sedangkan kami tidak membawa macis. Gerut pun punya ide dia
berlari kerumah seseorang berpura-pura
meminta air padahal ia mau mencuri macis. Dengan wajahnya yg lugu tuan rumah
pun percaya dan memperbolehkan ia meminta air. Sehabis itu dia berhasil
mendapat macis incarannya. Kamipun kembali ke kebun jagung, dalam perjalanan
tanpa sengaja kami melihat mentimun yg menggoda. Kamipun memintanya tanpa
sepengetahuan si pemilik.
Sudah terasa kenyang
kami melanjutkan perjalanan kami sambil
memakan mentimun. Sesampainya dikebun jagung kami memilah dan memilih buah
jagung yg akan dipetik. Tidak banyak kami memetik, kami mengupasnya sambil
menyalahkan api, beberapa menit kemudian kami panggang jagung itu, setelah
matang kami cicipi walaupun jagungnya tercampur abu pembakaran, setelah jagung
bakar habis, kami pulang dan kami
kekenyangan sesampainya dirumah haripun sudah malam.
Keesokan harinya lagi
kami berkumpul dan merencanakan mencuri jagung lagi. Kami ketagihan karena
rasanya yg legit dan nikmat kamipun bergegas, selama lima hari kami ulangi perbuatan
itu. Dihari kelima itu kami Cuma ber-empat Cuma dengan Gerut, Buong, Gendut,
tidak ketinggalan saya juga ikut, dengan semangat kami berangkat sesampainya
dikebun kami memilah dan memilih buah jagung untuk dibakar. Terasa buah
jagungnya orang semakin sedikit kami mengambil tidak terlalu banyak Cuma lima
buah saja. Sambil menunggu jagung matang kamipun sambil bercerita, tak lama
pemilik kebun pun datang, dia bilang “hayoo satu, dua, tiga , empat lapor
polisi”. Kamipun kaget dan tidak bisa berkutik, saya dengan Gendut pasrah
dengan keadaan tapi tidak bagi Gerut dan Buong jatuh dan sembunyi di balik
pematang sawah.
nasib saya dengan Gendut pun berlanjut kami di ceramahi sampai-sampai telinga kami keriting, tak lama pemilik kebun bilang mau melaporkan kmi ke kantor polisi, tapi saya sedikit aman karna saya masih kelas 5 SD tapi bagi Gendut, Buong, dan Gerut terancam dilaporkan. Tiba-tiba Buong pun muncul dia bilang “ampun-ampun” saya dan Gendut pun kaget sambil tertawa dalam diri, sehabis itu pemilik kebun member kebijaksanaan buat kami dengan membayar jagung yg kami petik dengan harga Rp.5.000/buah. Kamipun bingung karena terlalu banyaknya kulit jagung berserakan. Kami langsung puny aide mumpung Gerut sudah kabur jauh kami tuduh dia yg paling banyak memakan jagung, kami bertiga cuma mengaku baru sekali mencuri jagung parahnya lagi kami Cuma mengaku mengambil 3 buah jagung jadi kami dituntut membayar sebanyak Rp.15.000. dan kami tuduh Gerut mengambil sebanyak 8 buah jagung jadi dia denda Rp.32.000. lucunya lagi setelah semua terasa deal, pemilik jagung ikut memakan jagung hasil curian kami dan di bilang enak, hahaha.....
nasib saya dengan Gendut pun berlanjut kami di ceramahi sampai-sampai telinga kami keriting, tak lama pemilik kebun bilang mau melaporkan kmi ke kantor polisi, tapi saya sedikit aman karna saya masih kelas 5 SD tapi bagi Gendut, Buong, dan Gerut terancam dilaporkan. Tiba-tiba Buong pun muncul dia bilang “ampun-ampun” saya dan Gendut pun kaget sambil tertawa dalam diri, sehabis itu pemilik kebun member kebijaksanaan buat kami dengan membayar jagung yg kami petik dengan harga Rp.5.000/buah. Kamipun bingung karena terlalu banyaknya kulit jagung berserakan. Kami langsung puny aide mumpung Gerut sudah kabur jauh kami tuduh dia yg paling banyak memakan jagung, kami bertiga cuma mengaku baru sekali mencuri jagung parahnya lagi kami Cuma mengaku mengambil 3 buah jagung jadi kami dituntut membayar sebanyak Rp.15.000. dan kami tuduh Gerut mengambil sebanyak 8 buah jagung jadi dia denda Rp.32.000. lucunya lagi setelah semua terasa deal, pemilik jagung ikut memakan jagung hasil curian kami dan di bilang enak, hahaha.....
Sehabis itu pemilik
jagung pulang, kami bertiga hanya bisa menyesal, takut dan sambil tertawa
karena mendengar ceramah pemilik jagung yg ada terselip kata-kata dan ekspresi
lucu.
Sehabis itu kami
bertiga pulang dan kami mencari Gerut yg entah kemana beberapa lama dia muncul
sendirinya di area persawahan jauh dari TKP, dia pun datang dan dia Tanya
tentang kejadian yg kita alami.